Kembali ke halaman sebelumnya

Korea Utara Rilis Lagu Memuji Kim Jong Un 'A Friendly Father'

liputan6.com 4 jam yang lalu

Bendera Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara (Korut) merilis lagu baru yang memuji pemimpin Kim Jong-un karena menjadi "ayah yang ramah" dan "pemimpin yang hebat", dalam sebuah langkah yang tampaknya merupakan bagian dari upaya propaganda untuk meningkatkan posisinya di negara tertutup tersebut.

Video musik untuk lagu tersebut ditayangkan di Korean Central Television yang dikendalikan negara, demikian seperti dikutip dari The Star.my, Sabtu (20/4/2024).

Acara ini menampilkan warga Korea Utara dari berbagai latar belakang mulai dari anak-anak hingga tentara dan staf medis yang dengan penuh semangat menyanyikan kalimat seperti: "Let’s sing, Kim Jong-un the great leader” and “Let’s barg about Kim Jong-un, a friendly father" (Ayo bernyanyi, Kim Jong-un pemimpin yang hebat” dan “Mari kita pamer tentang Kim Jong-un, seorang ayah yang ramah).

Pertunjukan langsung dari lagu tersebut diiringi orkestra dan ditonton oleh Kim Jong Un juga disiarkan di televisi pemerintah.

Dinasti keluarga Kim yang memerintah Korea Utara sejak didirikan setelah Perang Dunia Kedua berupaya memperkuat cengkeraman mereka pada kekuasaan dengan membangun kultus kepribadian di sekitar mereka.

Perilisan lagu upbeat bertajuk Friendly Father ini terjadi di saat media pemerintah Korea Utara baru-baru ini mengganti nama yang digunakan untuk hari libur umum, sehingga memicu spekulasi bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat posisi Kim.

Alih-alih menyebut hari libur umum tahunan yang merayakan kelahiran pendiri negara Kim Il-sung sebagai Day of the Sun atau Hari Matahari, media pemerintah mulai menyebutnya sebagai April holiday yang lebih netral.

Sebelum perihal lagu, Korea Utara jadi sorotan karena mencemooh tur Asia minggu ini yang dilakukan oleh utusan utama AS untuk PBB, dan menyebutnya sebagai "perjalanan yang mengemis bantuan bagi pecundang".

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Pyongyang mengatakan perjalanan Thomas-Greenfield – yang dimulai pada hari Minggu (14/4), sehari setelah serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran terhadap Israel – akan lebih baik digunakan untuk mengatasi situasi yang meningkat di Timur Tengah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Pemimpin Korut, Kim Jong-un menggunakan teropong menyaksikan peluncuran balistik antarbenua Hwasong-14 Rudal, ICBM, di barat laut Korea Utara. Korea Utara mengklaim telah menguji rudal balistik antarbenua. (KRT via AP Video)

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan situasi geopolitik tidak stabil di sekitar negaranya, itu berarti sekarang adalah waktunya untuk lebih bersiap menghadapi perang dibandingkan sebelumnya. Hal itu disampaikan saat ia meninjau universitas militer utama negara itu, demikian kata kantor berita KCNA pada Kamis, 11 April 2024.

Kim memberikan bimbingan lapangan pada Rabu (10/4) di Kim Jong Il University of Military and Politics (Universitas Militer dan Politik Kim Jong Il), yang namanya diambil dari nama mendiang sang ayah yang meninggal tahun 2011, yang menurut KCNA adalah "kursi pendidikan militer tertinggi" di Korea Utara (Korut).

Kim mengatakan kepada staf universitas dan mahasiswa bahwa "jika musuh memilih untuk melakukan konfrontasi militer dengan DPRK, DPRK akan memberikan pukulan mematikan kepada musuh tanpa ragu-ragu dengan mengerahkan segala cara yang dimilikinya", lapor KCNA seperti dikutip juga dari Channel News Asia (CNA), Sabtu (13/4/2024).

DPRK adalah kependekan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara.

"Menguraikan situasi internasional yang rumit...dan situasi militer dan politik yang tidak menentu dan tidak stabil di sekitar DPRK, dia mengatakan bahwa sekarang adalah waktu untuk lebih bersiap menghadapi perang dibandingkan sebelumnya," kata KCNA mengutip Kim Jong Un.

Korea Utara telah meningkatkan pengembangan senjata dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Kim Jong Un dan telah menjalin hubungan militer dan politik yang lebih erat dengan Rusia, yang diduga membantu Moskow dalam perangnya dengan Ukraina dengan imbalan bantuan dalam proyek-proyek militer strategis.

Awal bulan ini, Kim Jong Un terpantau mengawasi uji peluncuran rudal balistik jarak menengah hipersonik baru yang menggunakan bahan bakar padat, yang menurut para analis akan meningkatkan kemampuan Korea Utara untuk mengerahkan rudal dengan lebih efektif dibandingkan varian bahan bakar cair.

Adapun Korut menuduh Amerika Serikat dan Korea Selatan memprovokasi ketegangan militer dengan melakukan apa yang mereka sebut sebagai "manuver perang" ketika sekutu mereka melakukan latihan militer dengan intensitas dan skala yang lebih besar dalam beberapa bulan terakhir.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) sedang memeriksa pangkalan pelatihan operasional besar di wilayah barat Rakyat Korea Tentara ( KPA) di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara. Gambar diambil 6 Maret 2024 dan dirilis KCNA 7 Maret. (AFP/KCNA)

Pada kesempatan lain, pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengacungkan senjata saat memeriksa pangkalan pelatihan operasional utama, mendesak militernya untuk mengintensifkan "latihan perang yang sebenarnya", demikian media pemerintah melaporkan pada hari Kamis (7/3/2024).

Menurut gambar yang dipublikasikan Korean Central News Agency (KCNA), seperti dikutip dari AFP, Kim Jong Un yang mengenakan jaket kulit hitam terlihat berbicara dengan barisan tentara bersenjata lengkap dalam kamuflase, mengawasi latihan uji tembak dan memeriksa persenjataan.

Selama kunjungannya pada hari Rabu (6/3) ke pangkalan di wilayah barat negara itu, Kim Jong Un mengatakan kepada tentara Korea Utara untuk "terus mengintensifkan latihan perang yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka dengan cepat demi kesiapan perang yang sempurna," lapor KCNA.

Kunjungannya terjadi saat Seoul dan Washington melakukan latihan militer musim semi tahunan, yang dikenal sebagai "Freedom Shield" yang mencakup latihan lapangan, intersepsi rudal, dan beberapa penembakan langsung.

Pyongyang menyebut latihan itu "sembrono" dan memperingatkan sekutunya bahwa mereka akan membayar "harga yang mahal".

Foto-foto KCNA juga menunjukkan Kim Jong Un mendapat tepuk tangan dari tentara, yang "menjanjikan kesetiaan mereka kepadanya dalam perjuangan suci demi keamanan negara".

Korea Utara telah lama mengutuk latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, dan menyebutnya sebagai latihan invasi.

Adapun Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir di masa lalu telah melakukan uji coba senjata sebagai respons terhadap latihan gabungan tersebut.

Sementara itu, Seoul mengatakan pada hari Selasa (5/3) bahwa militernya benar-benar siap menghadapi kemungkinan provokasi Korea Utara.

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Adapun sepanjang tahun ini, Pyongyang telah menyatakan Korea Selatan sebagai "musuh utama", membuang lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan penjangkauan, dan mengancam perang atas "bahkan 0,001 mm" pelanggaran teritorial.

Pemimpin Kim bulan Februari lalu mengulangi bahwa Pyongyang tidak akan ragu untuk "mengakhiri" Korea Selatan jika diserang.

Sementara pada bulan Januari, Korea Utara melepaskan serangan artileri di dekat dua pulau perbatasan Korea Selatan, yang memicu latihan penembakan oleh Korea Selatan dan perintah evakuasi bagi penduduk.

Infografis Pesona K-Pop Mendamaikan Korea

Kembali ke halaman sebelumnya