Kembali ke halaman sebelumnya

AS Tak Dukung Israel bila Serang Rafah dan mengabaikan Faktor Kemanusiaan

suaramerdeka.com 3 jam yang lalu

SUARA MERDEKA SURABAYA - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Rabu, 1 Mei 2024, bahwa dia masih belum melihat rencana serangan Israel di kota Rafah di Gaza selatan, dan komitmen Israel untuk melindungi warga sipil. 

Washington, melalui Blinken, menyatakan tidak akan mendukung hal itu.

Blinken dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Yerusalem selama dua setengah jam, setelah itu Israel menyatakan bahwa operasi Rafah akan tetap berjalan meskipun ada posisi AS dan peringatan keras dari PBB.

“Kami tidak bisa, tidak akan mendukung operasi militer besar-besaran di Rafah tanpa adanya rencana efektif untuk memastikan warga sipil tidak dirugikan. Dan tidak, kami belum melihat rencana Israel untuk tidak menyerang warga sipil,” kata Blinken, seperti dilansir Reuters.

“Ada cara-cara lain, dan menurut penilaian kami, cara-cara yang lebih baik, untuk menghadapi tantangan Hamas yang tidak memerlukan operasi militer besar-besaran di Rafah,” ujarnya, lalu menambahkan bahwa hal itu merupakan subyek pembicaraan yang sedang berlangsung dengan pejabat Israel.

Juru bicara pemerintah Israel mengatakan Israel tetap bertekad menghancurkan formasi tempur Hamas yang tersisa.

“Mengenai Rafah, kami berkomitmen untuk memindahkan empat dari lima batalyon Hamas terakhir di Rafah. Kami menyampaikan rencana kami tersebut dengan Menteri Luar Negeri Blinken,” kata juru bicara yang tak ingin disebut namanya itu.

Israel adalah perhentian terakhir dalam tur AS di Timur Tengah, kunjungan ketujuh ke wilayah tersebut yang terjerumus ke dalam konflik pada 7 Oktober. 

Pada tanggal itu, Hamas menyerang Israel selatan.

Blinken berbicara di pelabuhan utama Israel, Ashdod, dan memuji kemajuan berarti yang dicapai dalam beberapa pekan terakhir mengenai akses kemanusiaan, termasuk mengizinkan tepung untuk Gaza mengalir melalui pelabuhan tersebut, serta membuka penyeberangan perbatasan baru.

“Kemajuan ini nyata, namun mengingat adanya kebutuhan, mengingat besarnya kebutuhan di Gaza, maka hal ini perlu dipercepat dan dipertahankan,” kata Blinken.

Blinken meminta pemerintah Israel untuk mengambil serangkaian langkah spesifik demi memfasilitasi bantuan ke Gaza, di mana hampir separuh penduduknya menderita kelaparan yang parah.

Amerika Serikat adalah pendukung diplomatik dan pemasok senjata utama Israel. Kunjungan Blinken terjadi sekitar sebulan setelah Presiden AS Joe Biden mengeluarkan peringatan keras bahwa kebijakan Washington dapat berubah jika Israel gagal mengambil keputusan. 

AS ingin Israel dapat mengatasi kerugian sipil, penderitaan kemanusiaan, dan keselamatan pekerja bantuan.

Diplomat AS tersebut juga mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan oleh mediator Mesir, yang akan membebaskan 33 sandera dengan imbalan lebih banyak tahanan Palestina.

Israel juga menerima usulan penghentian pertempuran, dengan kemungkinan langkah lebih lanjut menuju kesepakatan komprehensif di kemudian hari.

“Israel telah membuat kompromi yang sangat penting. Tidak ada waktu untuk tawar-menawar lebih lanjut. Kesepakatan sudah ada. Mereka (Hamas) harus menerimanya," ujar Blinken.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok itu masih mempelajari kesepakatan yang diusulkan. Tetapi Hamas menuduh Blinken gagal menghormati kedua belah pihak dan menggambarkan Israel sebagai hambatan sebenarnya.

“Komentar Blinken bertentangan dengan kenyataan,” kata Sami Abu Zuhri, petinggi Hamas, dilansir Reuters.

Israel menunda pengiriman delegasi ke Kairo untuk melakukan perundingan gencatan senjata lanjutan, sambil menunggu tanggapan dari pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar. "Hanya setelah dia merespons, barulah kami memutuskan apa yang harus dilakukan," kata pejabat Israel.***

Kembali ke halaman sebelumnya