Kembali ke halaman sebelumnya

Johny Asadoma Tancap Gas di Pilgub NTT, Peluang Bangun Koalisi Gepsi?

tribunnews.com 1 jam yang lalu

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Inspektur Jenderal Polisi Purn Johanis Asadoma alias Johny Asadoma tancap gas pada Pemilihan Gubernur Nusa Tengggara Timur tahun 2024 ( Pilgub NTT ).

Mantan Kapolda NTT itu menjadi orang pertama yang resmi mendaftarkan diri sebagai bakal Calon Gubernur NTT untuk mengikuti kontestasi Pilgub NTT 2024.

Dalam rentang waktu tiga hari, Johny mendaftarkan diri di dua partai politik sebagai bakal calon gubernur.

Pada Rabu 17 April 2024 sore, pria berdarah Alor itu resmi mendaftar sebagai bakal calon Gubernur NTT ke DPD Partai Gerindra di Bimoku Kelurahan Lasiana Kota Kupang.

Berselang sehari, Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri itu kembali mendaftarkan diri secara resmi sebagai bakal calon gubernur di DPW Partai Solidaritas Indonesia ( PSI NTT ). 

Kedatangannya di dua kantor partai itu dengan didampingi sejumlah anggota tim dan pendukungnya. 

Saat mendaftarkan diri sebagai bakal Cagub NTT di DPD Gerindra, Johny mengaku partai milik Prabowo Subianto itu menjadi kendaraan utama dirinya bertarung di Pilgub NTT

Ia bahkan mengaku jika dirinya telah menjadi kader partai itu sejak 1 Februari 2024 lalu. Gerindra menjadi partai yang dia pilih setelah pensiun sebagai anggota Polri.

"Harapnya tentu saya diterima dan sidukung partai Gerindra untuk kontestasi Pilgub yang akan datang," kata Johny Asadoma

"Saya juga sudah terdaftar sebagai kader Gerindra. Dan ditandai dengan adanya kartu anggota," sebut dia. 

Ia mengaku, sejak mendaftar ke Gerindra sebagai anggota, dirinya resmi mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai capres dan cawapres. 

Johny mengatakan dirinya akan mengikuti segala mekanisme yang ditetapkan oleh partai. Apalagi, sebagai kader, dirinya akan patuh terhadap syarat yang ada. 

Sekretaris Bappilu Gerindra NTT Dominggus Umbu Zasa mengatakan, kader Gerindra NTT akan menjadi prioritas utama dalam Pilgub NTT kali ini. Loyalitas dan elektabilitas menjadi pertimbangan utama partai itu untuk mengusung calon. 

"Kita kembalikan ke proses dan mekanisme di partai. Dan setelah semua dokumen terkumpul akan menjadi penilaian pimpinan DPD maupun DPP," ujarnya. 

Semua kandidat yang mendaftar, kata dia, akan disurvei untuk melihat tingkat elektabilitas. Adapun calon yang memiliki elektabilitas tertinggi akan menjadi pilihan utama Gerindra.

Sebelum Johny, beberapa tokoh dan kader partai disebut akan menjadi calon gubernur yang siap diusung Gerindra NTT. Nama-nama seperti mantan Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemy Francis dan Esthon Foenay yang merupakan Ketua DPD Gerindra NTT paling santer disebut bahkan sebelum Pemilu. 

Gandeng PSI  

Saat mendaftar sebagai bakal calon gubernur ke Kantor DPW PSI NTT, Johny juga mengaku bahwa dirinya telah lebih dahulu mendaftar di Partai Gerindra NTT.

Dalam pembicaraan dengan Ketua DPW PSI NTT dr. Christian Widodo, Johny menyatakan alasan memilih PSI karena memiliki kesamaan visi, misi dan pemikiran untuk membangun NTT lebih maju.

Ia melamar PSI NTT agar mendukung atau mengusung dirinya maju menjadi Calon Gubernur NTT pada Pilgub 2024.

“Karena itu saya datang ke sini memohon dukungannya untuk maju menjadi bakal calon gubernur NTT,” ujar dia.

Pada kesempatan itu, dr. Christian Widodo menyebut bahwa penyerahan berkas secara langsung oleh Johny Asadoma merupakan sebuah penghargaan bagi PSI NTT.

“Artinya bahwa pak Jhony menilai bahwa PSI NTT kini memiliki enam kursi di DPRD dan ini tentunya menjadi penentu dalam perpolitikan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT,” ujar dia dikutip dari Antara.

Berkas pendaftaran Johny Asadoma, ujar dr. Christian, akan tetap akan diterima dan diproses sesuai dengan ketentuan PSI.

Anggota Komisi V DPRD NTT itu juga menegaskan bahwa PSI NTT tidak menerima mahar apapun dalam proses pendaftaran calon kepala daerah, termasuk Johny Asadoma.

Jane Natalia Suryanto Digadang Maju

Sementara itu, dari internal PSI NTT, nama Ketua Dewan Pembina DPW PSI NTT Jane Natalia Suryanto telah lebih dahulu digadang para pengurus dan anggota partai untuk ikut dalam Pilgub NTT

Jane Natalia yang disebut menyadi penyokong partai itu bahkan telah menyatakan diri siap bertarung dalam ajang pemilihan kepala daerah itu.

"Kalau partai instruksi saya siap, saat ini menunggu hasil survey supaya lebih berdasar," ungkap Jane Natalia, Senin 8 April 2024.

Meski demikian, partai belum menentukan sikap secara resmi terkait hal itu. dr. Christian Widodo yang dikonfirmasi tidak secara gamblang mengiyakan arah dukungan partai pada Jane. 

Ia menyebut semua kader dan tokoh politik memiliki peluang maju yang sama melalui PSI NTT. "Itu kan informasi yg beredar “berpeluang maju” tentunya semua kader, tokoh politik berpeluang maju," ungkap dr. Christian.

Dia menegaskan, PSI terbuka untuk siapa pun yang ingin bertarung di Pilgub NTT, baik kader internal partai maupun bukan kader. 

"Kita terbuka untuk siapa saja yg mau maju, baik dari kader sendiri maupun dari luar. Tapi sejauh ini blm ada keputusan dari partai, itu keinginan pribadi beliau ya silahkan saja, nanti semua harus berproses seusai mekanisme dari DPW dan dilanjutkan ke DPP," terangnya.

Dinilai potensial

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang menilai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Nusa Tenggara Timur, Jane Natalia Suryanto punya potensi untuk maju dalam perhelatan Pilgub 2024.

Ahmad Atang menyebut, perolehan 6 kursi di DPRD Provinsi NTT membuktikan bahwa PSI punya basis masa yang kuat di Provinsi NTT.

Selain itu, Jane Natalia Suryanto juga dinilai memiliki modal politik yang cukup, terbukti dengan perolehan suara 47 ribuan suara pada Pileg 14 Februari 2024 silam.

"Hikmahnya di publik beliau sudah punya basis yang bisa menjadi modal untuk Pilkada. Tinggal bagaimana dia memperluas basis itu bukan hanya di NTT 2 tapi juga ke NTT 1," ujar Ahmad Atang, Selasa 9 April 2024.

Ia mengatakan, PSI secara organ dan infrastruktur partai sudah ada di semua daerah hingga ke tingkat desa. Karena itu, organ partai bisa dimaksimalkan untuk mensosialisasikan figur Jane Natalie ke hingga tingkat desa.

"Apalagi PSI secara organ, infrastruktur partai sudah sampai ke daerah. Itu bisa digunakan untuk memperkuat kerja-kerja politik. Kalau memang ibu Jane dijadikan sebagai salah satu figur yang didorong untuk maju di Pilkada nanti," jelasnya.

Peluang koalisi

Dr. Ahmad Atang juga memprediksi hanya akan ada empat paket yang akan bertarung di Pilgub NTT 2024. Hal itu disebutnya dengan memperhatikan komposisi partai politik yang memiliki kursi di DPRD Provinsi NTT.

"Tidak ada yang memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon tanpa koalisi. Oleh karena itu, penjajakan koalisi menjadi sebuah keniscayaan," kata Atang, Kamis 17 April 2024.

Secara kalkulatif, kata dia, jumlah kursi di DPRD NTT sebanyak 60 buah. Maka dengan jumlah itu akan dapat menghasilkan empat pasangan calon.

"Jika koalisi minimal dengan 13 kursi untuk mengajukan Paslon maka dapat dipastikan hanya empat Paslon," sebut Atang.

Namun sebaliknya, jika koalisinya maksimal di atas 13 kursi maka jumlah paslon di bawah empat. Dengan demikian,   figur-figur yang muncul dan menjadi diskusi publik mulai melakukan lobi dan komunikasi dengan partai politik.

Oleh karena itu, setiap partai politik mempunyai mekanisme untuk melakukan rekruitmen calon terhadap figur yang didorong maju dalam pilkada. Ia menyebut, posisi figur menjadi penting karena terkait konfigurasi politik yang akan dibangun.

Maka pola koalisi yang dibangun saat pilpres tidak otomatis diadopsi menjadi model koalisi di daerah karena banyak hal yang mempengaruhi, di antaranya soal jumlah kursi, posisi Paslon sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah, segmentasi basis berdasarkan geopolitik, ideologis maupun etnisitas.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan sangat  menentukan formal koalisi di Pilgub nanti.

Adapun dalam Pileg 2024, Partai Gerindra memperoleh 9 kursi DPRD NTT. Jumlah tersebut sama dengan perolehan partai Golkar dan PDI perjuangan.  

Sementara itu, Nasdem memperoleh 8 kursi disusul PKB dan Demokrat masing masing 7 kursi. PSI memperoleh 6 kursi, sedangkan PAN dan Hanura masing-masing 4 kursi. Dua partai lainnya yakni PKS dan Perindo masing-masing 1 kursi.

Dengan konfigurasi penjajakan yang dilakukan oleh Johny Asadoma di partai Gerindra dan PSI, maka peluang koalisi kedua partai itu terjaga. Bila gerindra dan PSI berkoalisi maka mereka melampaui syarat minimal untuk mengusung paket yakni 13 kursi. 

Bukan tidak mungkin peluang koalisi Gerindra-PSI (Gepsi) bakal terbangun. Apalagi kedua partai itu tergabung dalam koalisi nasional Pilpres 2024. (*)

Kembali ke halaman sebelumnya