Kembali ke halaman sebelumnya

Gelora Tolak PKS Merapat, Serangan ke Prabowo-Gibran Diungkit

detik.com 3 jam yang lalu
Jakarta -

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengisyaratkan merapat ke pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun Partai Gelora selaku salah satu partai pendukung Prabowo-Gibran tegas menolak.

Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik mengungkit soal serangan-serangan PKS ke Prabowo-Gibran saat masa kampanye.

"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," kata Mahfuz dalam keterangannya, dilansir detikNews, Minggu (28/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu narasi yang diungkap Mahfuz Sidik yakni PKS yakni menganalogikan Nabi Musa tidak perlu berutang kepada Firaun, karena dahulu Anies Baswedan diusung menjadi calon Gubernur Jakarta pada 2017 oleh Partai Gerindra. Mahfuz juga mengatakan, selama ini PKS memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

Selain itu, ia juga mengungkit pernyataan kubu PKS yang mengecap Prabowo sebagai pengkhianat karena bergabung dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres KH Ma'ruf Amin pada 2019.

"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," ujarnya.

Menurutnya, selama ini Jokowi dan Prabowo sering mengingatkan agar tak memberikan narasi yang memecah belah politik dan ideologi.

"Narasi-narasi yang beresiko membelah lagi masyarakat secara politis dan ideologis. Padahal itu yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo," tambahnya.

Menurutnya sikap PKS yang mengisyaratkan atau membuka diri untuk bergabung ke Pemerintahan Prabowo-Gibran diduga membelah internal PKS dan massa pendukungnya.

"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz Sidik.

Kembali ke halaman sebelumnya