Kembali ke halaman sebelumnya

KESAL Joe Biden Setop Kirim Senjata, Benjamin Netanyahu: Israel Siap Berjuang Sendiri

tribunnews.com 57 menit yang lalu

TRIBUNPALU.COM -  Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengomentari keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang menghentikan pasokan senjata ke Israel karena menolak invasi Israel ke Rafah, Jalur Gaza selatan.

Netanyahu bersumpah Israel akan berdiri sendiri dan berperang dengan sekuat tenaga jika perlu tanpa bantuan dari pihak lain.

"Seperti yang saya katakan sebelumnya, kami akan bertarung dengan paku kami jika perlu. Namun kami memiliki jauh lebih besar dari paku kami, maka dengan kekuatan spiritual ini dan dengan pertolongan Tuhan, kita akan menang bersama-sama," kata Netanyahu dalam pernyataannya melalui video, Kamis (9/5/2024).

"76 tahun yang lalu kami harus melarang senjata, namun berkat moral dan persatuan, kami menang," lanjutnya.

Pada saat yang sama, juru bicara tentara pendudukan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel memiliki amunisi yang diperlukan untuk operasi militer di Rafah dan operasi terjadwal lainnya, seperti yang ia katakan.

Netanyahu yakin bahwa melakukan serangan besar-besaran ke Rafah adalah cara untuk memusnahkan Hamas, yang disebutnya sebagai benteng terakhir Hamas.

Sementara itu, Koordinator Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS mengusulkan kepada Israel suatu metode alternatif untuk mengalahkan Hamas tanpa melakukan serangan besar-besaran di Rafah, seperti diberitakan Sharq Press.

Israel Serang Rafah, AS Setop Kirim Senjata

Tentara pendudukan Israel memulai serangan di wilayah timur Rafah, selatan Jalur Gaza, Senin (6/5/2024) lalu, meskipun Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyetujui usulan mediator untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Menyusul serangan Israel ke Rafah, AS menangguhkan dua pengiriman senjata ke Israel dengan total 3.500 bom.

AS menolak serangan Israel ke Rafah karena wilayah tersebut menampung lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi dari agresi Israel di berbagai wilayah di Jalur Gaza serta mempertimbangkan dampaknya yang besar terhadap sipil.

"Warga sipil terbunuh di Gaza karena bom-bom ini dan ini adalah hal yang buruk," kata Joe Biden dalam wawancara dengan wartawan, Rabu (8/5/2024).

“Jika mereka (Israel) memasuki Rafah, saya tidak akan memberi mereka senjata yang sebelumnya digunakan untuk melawan kota-kota tersebut,” ujarnya.

Ia mengatakan AS menangguhkan pengiriman sejumlah senjata yang sebelumnya akan dikirim ke Israel.

“Kami tidak akan menyerahkan kepada mereka senjata dan peluru artileri yang telah digunakan sejauh ini dalam perang di Jalur Gaza," lanjutnya.

Presiden AS itu sudah memberitahu Netanyahu bahwa AS tidak akan mendukung serangan Israel di Rafah.

"Saya sudah jelaskan kepada Netanyahu dan Dewan Perang Israel bahwa mereka tidak akan mendapat dukungan kami jika mereka memasuki pusat populasi di Rafah," katanya.

Meski demikian, Joe Biden tidak meninggalkan sekutunya tersebut dan memastikan tetap mendukung pertahanan Israel.

"Kami akan terus memastikan Israel aman sehubungan denagn Iron Dome dan kemampuannya dalam menanggapi serangan," kata Joe Biden, seperti diberitakan Al Jazeera.

Jumlah Korban

Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.844 jiwa dan 78.404 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (9/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(*)

Kembali ke halaman sebelumnya